09 Februari, 2009

Gedung PAUD 2008



Pada tahun 2008, melalui PNPM-MP dalam rangka peningkatan kualitas hidup pendidikan bagi anak pra sekolah, berdasarkan hasil MAD Prioritas dan Penetapan usulan, telah dialokasikan pendanaan PNPM-MP untuk 3 unit gedung PAUD.Gedung PAUD tersebut meliputi, Gedung PAUD desa Karangawen, Gedung PAUD desa Nglindur, Gedung PAUD Desa Pucung.Gedung PAUD yang didanai dengan dana BLM PNPM-MP, merupakan bangunan baru, karena memang di wilayah tersebut sangat membutuhkan sarana pendidikan, khususnya untuk pendidikan anak usia pra-sekolah.
Banyaknya usia anak pra-sekolah yang ada diwilayah 3 desa tersebut merupakan potensi sumber daya manusia yang memang perlu diperhatikan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.
Sebuah langkah maju bagi masyarakat kecamatan Girisubo, khususnya desa Pucung, Desa Nglindur, Desa Karangawen, yang mengusulkan gedung PAUD. Selama ini kecamatan Girisubo sangat dikenal dengan usulan yang sifatnya jalan rabat beton jalan. Pada tahun 2007, desa Jerukwudel sudah mulai mengusulkan prasarana pendidikan berupa Gedung PAUD.Berdasarkan realita yang ada memang Gedung PAUD, sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar dalam rangka peningkatan kulaitas sumber daya manusia.

Jalan Baru Desa Tileng 5000m


Membuka Jalan,Menggapai Masa Depan

Selama berpuluh-puluh tahun masyarakat desa Tileng merindukan bagaimana mereka memperoleh kehidupan yang lebih baik.Kondisi geografis, menyebabkan sebagian besar masyarakat Tileng menggantungkan nasib mereka sebagai petani. Petani di desa Tileng, bukan petani seperti kebanyakan petani di daerah yang cukup air, dimana tanaman pokok utama mereka padi, lain halnya dengan petani di desa Tileng yang hanya mampu menanami lahannya dengan palawija, seperti ketela, ubi-ubian, kacang tanah dan lainnya.Kesulitan akan air yang menyebabkan mereka hanya menjadi petani palawija. Untuk bercocok tanam padi,sangat sulit karena keterbatasan akan pengairan untuk sawah mereka.Lahan pertanian sebagian besar merupakan lahan tadah hujan, dalam waktu satu tahun mereka hanya bisa panen satu kali.Panen sekali padi dalam satu tahunpun, hanya padi yang sifatnya kurang produktif, seperti padi gogo. Kondisi alam yang tidak bersahabat pagi masyarakat inilah yang menyebabkan hidup mereka kurang beruntung. Akibat dari keadaan ini,akan sangat berpengaruh dalam kehidupan mereka sehari-hari.Lahir sebagai petani miskin,seolah-olah sudah menjadi takdir mereka.

Disamping lahan yang tidak produktif, karena memang merupakan lahan tadah hujan, kondisi lahan pertanian mereka cukup sulit dijangkau.Akses jalan yang hanya jalan setapak merupakan kendala lain dalam mereka menjalankan aktivitas bercocok tanam mereka.Keadaan yang sedemikian inilah yang menyebabkan masyarakat sulit untuk sekedar memperoleh kehidupan yang layak sebagaimana mestinya.Menyadari akan kondisi ini, dan didorong keinginan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, beberapa kelompok masyarakat mulai mencoba mencari cara bagaimana mereka untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Salah satu cara atau usaha yang mereka lakukan adalah, memindah ternak sapi mereka di sekitar lahan pertanian milik mereka.Kandang-kandang sederhana mulai didirikan, untuk menampung ternak mereka.Hewan ternak dalam hal ini meliputi sapi dan kambing. Pemikiran untuk memindahkan ternak mereka ke lokasi pertanian atau lahan pertanian didasari atas keinginan mereka untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik lagi. Kotoran ternak dari sapi dan kambing digunakan sebagai pupuk organik bagi lahan pertanian mereka. Penggunaan pupuk kandang bagi para petani pada mulanya berawal dari keadaan yang harus mereka terima, dimana sulitnya memperoleh pupuk buatan.Keadaan tersebut merupakan salah satu pendorong masyarakat untuk menggunakan pupuk kandang. Faktor lain yang menyebabkan masyarakat melakukan pemindahan kandang ternak adalah jarak yang cukup jauh antara lahan pertanian mereka dan pemukiman mereka.Dengan pemindahan kandang ternak ke lokasi pertaniaan, akan memudahkan mereka dalam penggunaan pupuk kandang bagi areal pertanian mereka dan juga mempermudah petani dalam memperoleh pakan hijauan.

Dari jumlah yang semula hanya beberapa ekor sapi saja,saat ini jumlah ternak yang dipelihara dilokasi pertanian mencapai jumlah sekitar seratusan sapi. Dengan adanya ternak sapi dilokasi pertanian, bagi para petani sangat membantu dalam kehidupan mereka.Berkaitan akan pemenuhan terhadap pupuk dan penambah kesuburan tanah,sangat terbantu dengan adanya peternakan dilokasi pertanian mereka.Kotoran hewan sapi, yang sudah menjadi pupuk kandang sebelum musim tanam tiba sudah disebarkan ke areal pertanian sehingga menambah unsur-unsur hara yang dapat menambah kesuburan tanah. Tidak dapat dipungkiri lagi,bahwa dengan adanya peternakan dilokasi pertanian disamping mempermudah petani dalam memperoleh hijauan sebagai pakan ternak, juga kotoran hewan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang atau pupuk organik.

Permasalahan pemenuhan akan pakan hijauan pada umumnya dapat diatasi dengan menempatkan hewan ternak di lokasi pertaniaan.Sudah terbukti bahwa penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk di lokasi pertaniaan dapat meningkatkan hasil panen mereka.Berkaitan dengan pemenuhan pupuk kandang dan pakan hijauan, bukan merupakan kendala atau permasalahan yang berarti lagi bagi para petani.

Keadaan yang semula cukup memprihatinkan bagi para petani,sedikit-demi sedikit mulai terjadi perbaikan terhadap taraf hidup mereka.Dengan kesuburan tanah yang meningkat, karena penggunaan pupuk kandang maka hasil panen terhadap komoditi palawija, ubi-ubian, kacang tanah, jagung, menjadi meningkat pula.Produksi terhadap komoditas tersebut cukup baik pada saat musim panen.Produksi yang melimpah ruah terhadap hasil pertanian terutama ketela pohong sebagai bahan pembuat gaplek menjadikan harga komoditas tersebut mengalami penurunan harga yang cukup drastis. Hal lain yang masih dirasakan menyulitkan bagi para petani adalah,pemenuhan akan kebutuhan air minum bagi ternak mereka. Air untuk minum hewan ternak mereka, harus disediakan atau dibawa dari lokasi tempat tinggal mereka.Jarak yang cukup jauh, jalan yang cukup sulit, sangat memberatkan para petani. Pak Jumari misalnya, dengan berjalan kaki sejauh 2 km dan memikul jerigen air guna memenuhi kebutuhan minum 3 ekor sapinya.Kondisi jalan setepak, berbatu, dan juga medan yang naik turun, terasa sangat memberatkan keadaan mereka.

Harga jual terhadap hasil panen, dan juga hasil hutan juga tidak layak atau sangat jauh dari harga normal komoditas tersebut.Mereka menjual hasil panen dan hasil hutan pada para pedagang, atau pemilik modal lebih. Para pedagang dengan alasan lokasi yang cukup sulit dijangkau, maka mereka memberikan harga terhadap hasil panen petani dibawah harga normal. Alasan para pembeli atau pedagang tersebut cukup kuat dan bisa diterima dengan akal sehat, karena para pembeli atau pedagang tersebut juga mengeluarkan biaya atau ongkos untuk mengangkut hasil panen atau hasil hutan melewati medan yang cukup sulit. Pak Carik misalnya, pada saat musim tanam jagung, dia membeli bibit jagung dengan kualitas unggul, harga beli benihnyapun cukup mahal. Mengelola tanah, menanam, memupuk, merawat, areal tanaman jagung tersebut, itulah aktivitas yang pak carik lakukan sebelum panen tiba. Setelah musim panen jagung, dan harga jagung justru merosot, serasa berat bagi Pak Carik kondisi ini. Biaya pembeliaan benih jagung, perawatan, pengolahan tanah, apabila dibandingkan dengan harga jual terasa tidak seimbang.Dengan luas tanah ….m2, untuk pembelian bibit jagung pak Carik harus mengeluarkan uang ….., disamping itu juga perawatan terhadap tanaman jagung tersebut, meliputi obat-obatan terhadap kemungkinan hama tanaman. Jadi apabila dihitung-hitung sangat sedikit sekali keuntungan yang diperoleh pak Carik.

Contoh lain betapa tidak dihargainya komuditas lokal dialami juga oleh pak Madiyo. Pak Madiyo salah satu pemilik ladang, dimana banyak ditanami kayu yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan areng dan juga kayu bakar. Setiap hari pak Madiyo mengumpulkan dahan-dahan kayu yang berjatuhan, dan siap untuk dijadikan kayu bakar. Pak Madiyo juga membuat atau menyiapkan kayu bakar dari dahan-dahan kayu yang sudah layak dibuat kayu bakar. Kayu-kayu tersebut, diikat dalam jumlah yang banyak. Setiap 3 hari sekali tengkulak kayu mengambil kayu yang sudah siap untuk dijual. Dalam mengambil kayu, tengkulak memberi harga yang rendah pada pak Madiyo. alasan kenapa tengkulak kayu tersebut memberikan harga yang rendah, karena untuk mengambil kayu ke lokasi ladang jaraknya cukup jauh dan medannya cukup sulit sehingga perlu biaya banyak untuk semua itu.

Itulah kisah-kisah nyata dan kondisi riil yang dialami oleh sebagian besar warga desa Tileng. Mereka harus berjuang melawan kerasnya kondisi alam yang tidak menguntungkan. Keadaan seperti itulah yang mereka alami selama ini, turun temurun dari generasi sebelumnya. Dalam setiap perubahan generasi, mereka selalu berharap keadaan akan lebih baik.

Setelah adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), keadaan berangsur-angsur berubah menjadi baik. Melalui PNPM-MP yang berbasiskan pada pemberdayaan masyarakat, sedikit-demi sedikit keadaan perekonomian, kesehatan, pendidikan, menjadi lebih baik lagi dibandingkan dengan keadaan semula. Melalui Simpan Pinjam Khusus Perempuan, dimana memberikan penguatan modal dan keterampilan pada kaum wanita agar berani tampil berperan dalam pengentasan kemiskinan keluarga. Dengan program Peningkatan Kualitas Hidup, khususnya pendidikan, derajat pendidikan menjadi lebih meningkat, pemberian beasiswa bagi siswa sekolah dasar, sangat membantu bagi anak didik yang berasal dari keluarga miskin. Pemberian makanan tambahan, bagi anak-anak balita dan juga pemberian makanan tambahan bagi manusia usia lanjut sangat membantu peningkatan kebutuhan gizi bagi masyarakat miskin.

Pada tahun 2008, melalui Musyawarah Antar Desa kecamatan Girisubo, salah satu usulan yang menjadi prioritas warga desa Tileng, yaitu jalan kearah areal pertanian termasuk usulan yang terdanai melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan. Masyarakat desa Tileng sangat bergembira, ketika usulan pembukaan jalan baru di desa mereka didanai oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri Perdesaan. Antusiasme dan semangat yang luar biasa ini, dibuktikan masyarakat melalui jumlah swadaya yang luar biasa besarnya, yaitu sebesar Rp.80.000.000,- berupa penyediaan batu putih sebagai bahan utama konstruksi jalan. Masyarakat sangat berharap terhadap keberhasilan pembukaan jalan baru ini. Apabila jalan ini berhasil dibuka, maka sudah pasti dapat dibayangkan betapa kemudahan-kemudahan akan mereka peroleh, dan juga peningkatan perekonomian sangat mereka harapkan dengan pembukaan jalan baru.

Kondisi medan yang cukup sulit, bukan merupakan kendala bagi warga masyarakat dalam bekerja membuka jalan tersebut. Semangat gotong royong, kebersamaan, yang didasari adanya stimulan berupa upah HOK bagi warga, semakin menambah semangat masyarakat dalam bekerja. Puluhan meter kubik batu dalam setiap harinya mereka kumpulkan dari tebing-tebing gunung, tanpa mengenal lelah. Selama lebih dari 90 hari mereka bekerja keras, akhirnya jalan baru yang mereka idam-idamkan selama berpuluh-puluh tahun terwujud juga.

Perubahan drastis mulai dirasakan masyarakat desa Tileng, setelah jalan baru tersebut selesai dibangun. Jalan yang semula hanya memiliki lebar 0,5m, dan merupakan jalan setapak, saat ini jalan menjadi 3,5m, yang artinya berbagai kemudahan dan peningkatan perekonomian akan mereka rasakan. Dengan adanya jalan baru, dimana bukan hanya pejalan kaki saja yang bisa melewati jalan tersebut, tetapi kendaraan sudah dapat dengan mudah melewatinya.Dengan mudahnya transportasi yang ada, yaitu dengan masuknya mobil pengangkut hasil pertanian, maka harga komoditas pertanian seperti, jagung, kacang tanah, ubi-ubian, dan juga kayu bakar, arang, menjadi lebih baik harganya. Dampak nyata Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, sangat terasa bagi masyarakat Tileng khususnya para petani.Harapan mereka untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik, mulai menjadi kenyataan, semenjak adanya jalan baru di areal pertanian. Masyarakat desa Tileng, khususnya para petani, yakin bahwa masa depan mereka akan berubah kearah yang lebih baik lagi. Inilah wujud nyata dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan, dalam rangka mengentaskan kemiskinan di Indonesia, dan memberikan harapan baru kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera bagi masyarakat miskin.